Sistem Administrasi Dana Dan Sistem Pengganggaran Keuangan
Sistem administrasi dana bertujuan untuk memastikan bahwa pendapatan yang diterima perusahaan lebih besar daripada pengeluaran. Dalam melaksanakan administrasi terhadap dana atau kas, biasanya dipakai laporan-laporan keuangan bulanan atau tahunan. Misalnya, pendapatan pada Mei sampai Agustus lebih besar dibandingkan dengan pendapatan pada Januari sampai April. Kondisi ibarat itu tidak berarti bahwa keuangan di dalam perusahaan mengalami peningkatan. Untuk memastikan analisis terhadap pengeluaran perusahaan. Dalam kondisi tersebut, sanggup jadi pengeluaran Mei sampai Agustus lebih besar daripada pendapatan pada periode tersebut.
Analisis untuk menelusuri arus masuk pendapaan dan pengeluaran ini disebut dengan analisis arus kas (Cas Flow Analysis). Sedangkan alat yang dipakai untuk melaksanakan analisis tersebut dinamakan model arus kas (cash flow model) (McLeod, 1995)
Sistem Penganggaran Keuangan
Penganggaran keuangan dilakukan dengan mengevaluasi tingkat laba serta efek laba dari dana yang dikeluarkan. Anggaran-anggaran yang diusulkan dianalisis dengan mengambil data historis yang tersedia. Dalam melaksanakan penganggaran, terdapat tiga pendekatan yang didapat dipakai untuk memilih anggaran perusahaan. Ketiga pendepatan tersebut yaitu:
- Pendekatan Top-Down
Dalam pendekatan top-down, direktur perusahaan memilih anggaran-anggaran tersebut ditekankan pada tingkat-tingkat administrasi dibawahnya. Pendekatan ini biasanya diambil alasannya ialah direktur perusahaan dianggap lebih memahami tujuan-tujuan jangka panjang perusahaan, sehingga perusahaan akan lebih gampang dalam mencapai tujuan-tujuan tersebut. Pendekatan top-down mempunyai kelemahan pada kebutuhan dana untuk menjalankan aktivitas operasional perusahaan. Eksekutif memandang bahwa dana yang dianggarkan cukup realistis untuk menjalankan kegiatan-kegiatan tersebut. Akan tetapi, administrasi tingkat bawah akan merasa dana yang dianggarkan tersebut sangat terbatas, sehingga kegiatan-kegiatan operasional tidak sanggup diselesaikan dengan maksimal.
-Pendekatan Bottom -up
Dalam pendekatan bottom -up. Proses penganggaran dimulai dan tingkat administrasi paling bawah lalu diajukan kepada level organisasi di atasnya. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa pada tingkat paling bawah lebih memahami aktivitas kegiatan yang memilih keberhasilan suatu perusahaan. Pada pendekatan bottom up sering terjadi ketidakseimbangan antara anggaran yang dianggarkan dengan hasil kerja operasionalnya. Manajemen yang lebih rendah biasanya akan meminta dana yang lebih besar untuk melaksanakan aktivitas operasionalnya. Selain itu, pada pendekatan bottom up juga terjadi kecurigaan oleh direktur perusahaan terhadap administrasi dibawahnya yang meminta jumlah anggaran yang tidak realistis.
-Pendekatan Partisipasi
Penentuan anggaran dengan pendekatan partisipasi ini melibatkan direktur perusahaan dengan pihak pihak yang terkait dengan penganggaran tersebut, baik pada tingkat administrasi menengah, bawah maupun tingkat operasional. Pendekatan ini dipakai untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang muncul pada pendekatan top-down dan pendekatan bootom up.
Semoga bermanfaat.
sumber: Buku Sistem Informasi, Konsep dan Aplikasi
Penulis: Agus Mulyanto
Analisis untuk menelusuri arus masuk pendapaan dan pengeluaran ini disebut dengan analisis arus kas (Cas Flow Analysis). Sedangkan alat yang dipakai untuk melaksanakan analisis tersebut dinamakan model arus kas (cash flow model) (McLeod, 1995)
Sistem Penganggaran Keuangan
Penganggaran keuangan dilakukan dengan mengevaluasi tingkat laba serta efek laba dari dana yang dikeluarkan. Anggaran-anggaran yang diusulkan dianalisis dengan mengambil data historis yang tersedia. Dalam melaksanakan penganggaran, terdapat tiga pendekatan yang didapat dipakai untuk memilih anggaran perusahaan. Ketiga pendepatan tersebut yaitu:
- Pendekatan Top-Down
Dalam pendekatan top-down, direktur perusahaan memilih anggaran-anggaran tersebut ditekankan pada tingkat-tingkat administrasi dibawahnya. Pendekatan ini biasanya diambil alasannya ialah direktur perusahaan dianggap lebih memahami tujuan-tujuan jangka panjang perusahaan, sehingga perusahaan akan lebih gampang dalam mencapai tujuan-tujuan tersebut. Pendekatan top-down mempunyai kelemahan pada kebutuhan dana untuk menjalankan aktivitas operasional perusahaan. Eksekutif memandang bahwa dana yang dianggarkan cukup realistis untuk menjalankan kegiatan-kegiatan tersebut. Akan tetapi, administrasi tingkat bawah akan merasa dana yang dianggarkan tersebut sangat terbatas, sehingga kegiatan-kegiatan operasional tidak sanggup diselesaikan dengan maksimal.
-Pendekatan Bottom -up
Dalam pendekatan bottom -up. Proses penganggaran dimulai dan tingkat administrasi paling bawah lalu diajukan kepada level organisasi di atasnya. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa pada tingkat paling bawah lebih memahami aktivitas kegiatan yang memilih keberhasilan suatu perusahaan. Pada pendekatan bottom up sering terjadi ketidakseimbangan antara anggaran yang dianggarkan dengan hasil kerja operasionalnya. Manajemen yang lebih rendah biasanya akan meminta dana yang lebih besar untuk melaksanakan aktivitas operasionalnya. Selain itu, pada pendekatan bottom up juga terjadi kecurigaan oleh direktur perusahaan terhadap administrasi dibawahnya yang meminta jumlah anggaran yang tidak realistis.
-Pendekatan Partisipasi
Penentuan anggaran dengan pendekatan partisipasi ini melibatkan direktur perusahaan dengan pihak pihak yang terkait dengan penganggaran tersebut, baik pada tingkat administrasi menengah, bawah maupun tingkat operasional. Pendekatan ini dipakai untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang muncul pada pendekatan top-down dan pendekatan bootom up.
Semoga bermanfaat.
sumber: Buku Sistem Informasi, Konsep dan Aplikasi
Penulis: Agus Mulyanto